Minggu, 19 Februari 2012

Self Compacting Concrete (SCC)

Dalam beberapa kasus di lapangan, seringkali pula diperlukan beton dengan mutu dan slump sangat tinggi, dua hal yang pada dasarnya saling bertolak belakang pada beton campuran normal. Beton dengan spesifikasi slump sangat tinggi (encer) lebih dikenal dengan sebutan beton dengan pemadatan mandiri (self compacting concrete – SCC) atau sering juga disebut beton alir (flowing concrete). Beton jenis ini semakin banyak dipakai karena selain dapat memiliki kekuatan yang sangat tinggi, tetapi tetap lecak dalam pelaksanaan. Sedemikian lecaknya sehingga dalam pengetesannya dikenal juga istilah slump flow test untuk mengetahui daya sebar dari campuran beton segar.

Kinerja kelecakan ini tercapai berkat bahan tambah super plasticizer yang dimasukkan ke dalam beton seperti jenis polymer. Aditif ini seolah-olah akan menyelimuti partikel-partikel semen sehingga dalam interval waktu tertentu, antar partikel semen tidak terjadi reaksi ”tarik-menarik” seperti yang terjadi dalam campuran tanpa aditif. Dalam campuran beton mutu tinggi seringkali juga digunakan bahan tambah lain dari jenis aditif mineral seperti silica fume, copper slag, dan abu terbang serta aditif-aditif lain yang lebih khusus. Aditif mineral ini umumnya mempunyai ukuran partikel yang lebih halus dari pada semen sehingga menghasilkan beton dengan kelebihan tambahan seperti lebih kedap air. Tambahan super platicizer, aditif mineral dan aditif lain ini selain membuat beton tetap lecak/encer, tetapi juga akan menghasilkan beton dengan kuat tekan tinggi bahkan berkinerja tinggi (high performance concrete).

1.1. PENGERTIAN SECARA UMUM

Self Compacting Concrete atau yang umum disingkat dengan istilah SCC adalah beton segar yang sangat plastis dan mudah mengalir karena berat sendirinya mengisi keseluruh cetakan yang dikarenakan beton tersebut memiliki sifat-sifat untuk memadatkan sendiri, tanpa adanya bantuan alat penggetar untuk pemadatan. Beton SCC yang baik harus tetap homogen, kohesif, tidak segregasi, tidak terjadi blocking, dan tidak bleeding.

Pemakaian beton SCC sebagai material repair dapat meningkatkan kualitas beton repair oleh karena dapat menghindari sebagian dari potensi kesalahan manusia akibat manual compaction. Pemadatan yang kurang sempurna pada saat proses pengecoran dapat mengakibatkan berkurangnya durabilitas beton. Sebaliknya dengan beton SCC, struktur beton repair menjadi lebih padat terutama pada daerah pembesian yang sangat rapat, dan waktu pelaksanaan pengecoran juga lebih cepat.

Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar campuran beton bisa dikatagorikan sebagai Self Compacting Concrete (SCC) antara lain :
1. Pemilihan material yang sesuai

Table 1. Selected materials for reference concretes

2. Mix Design yang mampu memenuhi kriteria filling ability, passing ability dan ketahanan terhadap segregasi.



1.2. KELEBIHAN SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)

Kelebihan dari SCC diantaranya :

- Sangat encer, bahkan dengan bahan aditif tertentu bisa menahan slump tinggi dalam jangka waktu lama (slump keeping admixture).

- Tidak memerlukan pemadatan manual.

- Lebih homogen dan stabil.

- Kuat tekan beton bisa dibuat untuk mutu tinggi atau sangat tinggi.

- Lebih kedap, porositas lebih kecil.

- Susut lebih rendah.

- Dalam jangka panjang struktur lebih awet (durable).

- Tampilan permukaan beton lebih baik dan halus karena agregatnya biasanya berukuran kecil sehingga nilai estetis bangunan menjadi lebih tinggi.

- Karena tidak menggunakan penggetaran manual, lebih rendah polusi suara saat pelaksanaan pengecoran.

- Tenaga kerja yang dibutuhkan juga lebih sedikit karena beton dapat mengalir dengan sendirinya sehingga dapat menghemat biaya sekitar 50 % dari upah buruh.

SCC cocok untuk struktur-struktur yang sangat sulit untuk dilakukan pemadatan manual misalnya karena tulangan yang sangat rapat ataupun karena bentuk bekisting tidak memungkinkan, sehingga dikhawatirkan akan terjadi keropos apabila dipadatkan secara manual. Selain itu bisa juga diaplikasikan untuk lantai, dinding, tunel, beton precast dan lain-lain.

Di Indonesia sendiri, saat ini relatif tidak menemukan kesulitan untuk membuat SCC, namun untuk beton dengan tujuan pencapaian kekuatan awal tinggi, SCC masih memerlukan bahan tambahan lain sehingga menghasilkan SCC dengan kekuatan awal tinggi yang biasa disebut High Early Strength Self Compacting Concrete (HESSCC). Penggunaan Silica Fume sebesar 2 % dan Glenium Ace-80 sebesar 2.5 % sudah mampu mencapai kriteria self compactible sekaligus kuat tekan awal (High Early Strength) yang baik pula, karena nilai water-binder ratio tetap dijaga pada nilai yang rendah.

Untuk mendapatkan campuran beton SCC dengan tingkat workability yang tinggi perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Aggregat kasar dibatasi jumlahnya sampai kurang lebih 50% dari volume padatnya.
Pembatasan jumlah aggregat halus kurang lebih 40% dari volume mortar.
Water Binder Ratio dijaga pada level kurang lebih 0.3

Saat ini terdapat beberapa produsen yang menyediakan aditif super plasticizer dan aditif lain untuk keperluan SCC. Aditif mineral tertentu juga relatif mudah didapat dengan harga yang ekonomis. Meskipun demikian, pemahaman memadai mengenai material, perilaku dan metode pelaksanaannya tetap harus diperhatikan sebelum menggunakan SCC.

Beberapa pakar meramalkan SCC akan merupakan salah satu beton masa depan karena keunggulannya, tentunya dengan kinerja yang lebih baik lagi.



KARAKTERISTIK DAN METODE TEST SELF COMPACTING CONCRETE

2.1. WORKABILITY

Berdasarkan spesifikasi SCC dari EFNARC, workabilitas atau kelecakan campuran beton segar dapat dikatakan sebagai beton SCC apabila memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu:

§ Filling ability

§ Passing ability

§ Segregation resistance

Filling ability, adalah kemampuan beton SCC untuk mengalir dan mengisi keseluruh bagian cetakan melalui berat sendirinya.

Passing ability, adalah kemampuan beton SCC untuk mengalir melalui celah-celah antar besi tulangan atau bagian celah yang sempit dari cetakan tanpa terjadi adanya segregasi atau blocking.

Segregation resistance, adalah kemampuan beton SCC untuk menjaga tetap dalam keadaan komposisi yang homogen selama waktu transportasi sampai pada saat pengecoran.

2.2. METODE TEST

Metoda test pengukuran workability telah dikembangkan untuk menentukan karakteristik beton SCC dan sampai saat ini belum ada satu jenis metoda test yang bisa mewakili ketiga syarat karakteristik beton SCC seperti tersebut di atas. Dari beberapa metoda test yang telah dikembangkan akan dibahas hanya tiga macam metoda yang dianggap dapat mewakili ketiga kriteria workability tersebut di atas.

2.2.1. SLUMP-FLOW

Slump-flow test dapat dipakai untuk menentukan ‘filling ability’ baik di laboratorium maupun di lapangan; dan dengan memakai alat ini dapat diperoleh kondisi workabilitas beton berdasarkan kemampuan penyebaran beton segar yang dinyatakan dengan besaran diameter yaitu antara 60 cm – 75 cm.

Kebutuhan nilai slump flow untuk pengecoran konstruksi bidang vertikal berbeda dengan bidang horisontal. Kriteria yang umum dipakai untuk penentuan awal workabilitas beton SCC berdasarkan tipe konstruksi adalah sebagai berikut :

Untuk konstruksi vertikal, disarankan menggunakan slump-flow antara 65 cm sampai 70 cm.
Untuk konstruksi horisontal disarankan menggunakan slump-flow antara 60 cm sampai 65 cm.

2.2.2. L-SHAPE-BOX

Dipakai untuk mengetahui kriteria ‘passing ability’ dari beton SCC. Dengan menggunakan L-Shape Box, dapat diketahui kemungkinan adanya blocking beton segar saat mengalir, dan juga dapat dilihat viskositas beton segar yang bersangkutan. Selanjutnya dengan L-Shape-Box test akan didapat nilai blocking ratio yaitu nilai yang didapat dari perbandingan antara H2 / H1. Semakin besar nilai blocking ratio, semakin baik beton segar mengalir dengan viskositas tertentu. Untuk test ini kriteria yang umum dipakai baik untuk tipe konstruksi vertikal maupun

untuk konstruksi horisontal disarankan mencapai nilai blocking ratio antara 0.8 sampai 1.0

2.2.3. V - FUNNEL

Dipakai untuk mengukur viskositas beton SCC dan sekaligus mengetahui ‘segregation resistance’ . Kemampuan beton segar untuk segera mengalir melalui mulut di ujung bawah alat ukur V-funnel diukur dengan besaran waktu antara 6 detik sampai maksimal 12 detik.

2.3 POURING DAN FORMWORK

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pengecoran dengan beton SCC adalah sebagai berikut:

§ Durasi waktu pengecoran disesuaikan dengan waktu ikat awal beton untuk menghindari terjadinya cold joint.

§ Cara terbaik untuk pengecoran beton SCC adalah dari bawah cetakan/formwork untuk menghindari udara terjebak (dengan eksternal hose adalah sangat efektif).

§ Beton SCC dapat mengalir sampai jarak 10 meter tanpa hambatan.

§ Elemen tipis 5 – 7 cm dapat diisi oleh beton SCC tanpa hambatan.

§ Tidak memerlukan keahlian yang spesifik saat pelaksanaan pengecoran.

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULAN

Self Compacting Concrete atau yang umum disingkat dengan istilah SCC adalah campuran beton segar yang sangat plastis yang mampu mengalir karena berat sendirinya, mengisi ke seluruh cetakan walaupun pada tulangan yang sangat rapat, memiliki sifat-sifat untuk memadatkan sendiri tanpa adanya bantuan alat penggetar untuk pemadatan.

Beton SCC yang baik harus tetap homogen, kohesif, tidak segregasi, tidak terjadi blocking, dan tidak bleeding.

3.2. SARAN

Agar campuran beton dapat dikatagorikan sebagai Self Compacting Concrete perlu diperhatikan pemilihan material yang sesuai yang disyaratkan dan Water Binder Ratio dijaga pada level kurang lebih 0.3 serta mix design yang mampu memenuhi kriteria filling ability, passing ability dan ketahanan terhadap segregasi.

sumber: http://www.infobangunan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar