Senin, 26 Maret 2012

Methode Pemotongan / Keseimbangan bagian/ Ritter

Cara pemotongan baik digunakan untuk menghitung satu atau beberapa gaya batang, yaitu dengan memotong konstruksi rangka tersebut menjadi dua bagian, hingga memutuskan tiga batang. Pada beberapa macam konstruksi rangka tertentu diperlukan pemotongan yang memutuskan lebih dari 3 batang.
Ketiga batang yang terpotong tersebut tidak boleh berpotongan melalui satu titik.
Kedua bagian yang telah terputus itu masing-masing dapat dianggap sebagai benda bebas dan dalam keadaan seimbang, karena bekerjannya :
1. Gaya-gaya luar yang bekerja pada bagian tersebut.
2. Ketiga gaya yang terpotong.
Ketiga batang yang terpotong itu sementara dimisalkan batang tarik. Apabila dalam perhitungan ternyata gayanya bertanda : -, berarti pemisalan itu tidak benar, dan gaya adalah gaya tekan.
Cara pemotongan selain menggunakan sifat keseimbangan :

Dalil momen sebagai berikut:

Misalnya yang terpotong batang : 1,2 dan 3 yang akan dihitung kekuatan batang 1, maka diambil momen terhadap titik potong batang 2, dan 3, sehingga momen kedua batang tersebut menjadi = nol.
Analitis (RITTER).

Hitung :
Kekuatan batang 1 s/d 7.
Penyelesaian

Setelah dihitung terdapat
CE = BE = 4,33 m.
RA = 3000 kg.
RB = 2500 kg.
Potongan : I – I / Bagian kiri :

Potongan : IV – IV / Bagian kanan :

Potongan : II – II / Bagian kiri :

Potongan III – III / Bagian kiri :

Sabtu, 24 Maret 2012

PROSES PENCAMPURAN (MIXING)

Proses mixing adalah proses mencampur material-material pembentuk beton, sehingga menghasilkan campuran beton yang unifirm dengan material-material tersebut yang terdistribusi secara merata, agar campuran beton yang dihasilkan tidak mangalami segregasi.

Apabila proses mixing berjalan dengan sempurna, maka urutan memasukkan material yang bagaimanapun akan mengahasilkan adukan yang merata. Namun dalam praktek, awaktu yang diperlukan dalam proses mixing juga terbatas, sehingga urutan juga perlu diprhatikan. Ide proses mixing adalah sandwich, dengan pengertian bahwa material yang mahal, yaitu semen, dibungkus dengan agregat agar terjamin merata. Pada umumnya urutan material-material pembentuk beton yang dimasukkan ke dalam mixer adalah sedikit air, kemudian agreget kasar, disusul semen, lalu agregat halus, dan yang terakhir adalah sisa air yang ditambahkan setelah semua material masuk. Tujuannya agar pada waktu hopper dijungkirkan untuk mengeluarkan isinya, maka bahan yang pertama masuk akan keluar terakhir. Karenanya lebih baik jika agregat kasar dapat mendorong agregat halus dan semen yang keluar di depannya. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa penambhan air pada mixer tidak boleh langsung dilakukan pada awal proses mixixng.

Pada lokasi pengecoran, penambahan air pada beton readmix diperkenankan bila tujuannya adalah untuk mengembalikan workability beton yang hilang selama perjalan. Selain itu, penambahan air pada mixer harus dilakukan sedemikian rupa sehingga beton teteap tercapai.
RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN PROSES PENCAMPURAN (MIXING)
Ruang lingkup pemeriksaan proses mixing pada pola kualitas ini meliputi:
1. Pemeriksaan proses pengukuran yield beton.
2. Pemeriksaan pada beton agar segar (fresh concrete). Terdiri dari:
a. Densitas beton (weight/〖fr〗^3 atau weight/m3, calculated an air free basis)
b. Kadar udara (air conten, volume percent of concrete)
c. Slump
d. Kadar agregat kasar (coarse aggregate content)
e. Berat volume mortar (unit weight of air-free mortar hasel on averagae comparative samples tested).

BEBRAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PROSES MIXING
Hal-hal yang perlu diperhatikna pada proses mixing adalah:

1. Memastikan bahwa peralatan pada batching dan mixing mempunyai kapasitas yang sesuao dengan permintaan konsumen.
2. Memeriksa peralatan-peralatan pada mixer apakah dalam keaadaan baiaka (tidak rusak), dan dalam keaadaan bersih serta terhindar dari bekas-bekas sisa proses batching terdahulu.
3. Sesekali melakukan pengecekkan terhadap lamanya proses mixing.
4. Mencatat setiap beton yang tidak terpakai termasuk kuantitas dan alasannya.
5. Mencatat setiap adanya perubahan aktivitas yang tidak semestinya berserta alasan dilakukannya hal tersebut, misalnya penambhan air pada mixer untuk mengembalikan workability beton yang hilang selama proses perjalanan.
6. Memastikan bahwa beton tidaak akan mengalami segregasi selama dan sesudah proses mixing. Untuk itu perlu diperhatikan metode penanganan beton selama dan sesudah proses mixing.

MACAM-MACAM PROSES MIXING PADA BETON READYMIX
Ada 3 macam operasi dari proses micng pada beton readymix, yaitu:
1. Central-mix concrete
2. Shrink-mixed concrete
3. Truck-mixed concrete

Central-mixed conrete

Central-mixed conrete adalah proses mixing yang seluruhnya dilakukan pada stationary mixer dan kemudian dikirim ke lokasi pengecoran dengan menggunalan truk agitator atau truk mixer atau non-agitator (truk biasa). Volume beton readymix dari central-mixed yang diangkut dengan truk mixer atau truk agitator tidak boleh lebih dari 80% dari total volume dari drum atau kontainer pada truk tersebut.
Truk agitator adalah truk mixer yang dalam perjalanan mengangkut beton redymix menggunakan drum mixer yang berputar secara perlahan dengan kecepatan 1 atau 2 poutaran/menit. Ketika tiba di lapangan, kecepatan ditambha menjadi 10-15 putaran/menit selama sedikitnya 3 menit.
Truk mixer adalah truk yang dalam perjalanan mengangkut beton readymix menggunakan drum mixer yang berputar sebanyak 10-15 putaran/menit dengan waktu 7-10 menit. Pada waktu air ditambahkan di lapangan, dan mixer harus diputar 100x setelah air ditambahkan.

Beberapa syarat berikut ini harus dipenuhi bila pengiriman beton dengan truk dilakukan dengan truk non-agitator:
Peralatan yang terdapat pada truk non-agitator harus mempunyai permukaan yang halus, kedap air, dan dilengkapi dengan katub-katub sedemikian rupa sehingga memudahkan pengomtrolan pada proses penuangan beton.
Tingkat keseragamana (uniformily) dari beton harus dapat memenuhi persyaratan iniformily dari beton sesuai dengan ASTM C94

Pembuatan Beton Ringan

Pembuatan beton ringan ini pada prinsipnya membuat rongga udara di dalam beton. Ada tiga macam cara membuat beton aerasi, yaitu :
1. Yang paling sederhana yaitu dengan memberikan agregat/campuran isian beton ringan. Agregat itu bisa berupa batu apung, stereofoam, batu alwa, atau abu terbang yang dijadikan batu.
2. Menghilangkan agregat halus (agregat halusnya disaring, contohnya debu/abu terbangnya dibersihkan).
3. Meniupkan atau mengisi udara di dalam beton. Cara ketiga ini terbagi lagi menjadi secara mekanis dan secara kimiawi.

Proses pembuatan beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete secara kimiawi kini lebih sering digunakan. Sebelum beton diproses secara aerasi dan dikeringkan secara autoclave, dibuat dulu adonan beton ringan ini. Adonannya terdiri dari pasir kuarsa, Semen, Kapur, Gypsum, Aluminium pasta (Zat Pengembang). Untuk memproduksi 1 m3 beton ringan hanya dibutuhkan bahan sebanyak ± 0,5 – 0,6 m3 saja, karena nantinya campuran ini akan mengembang. Dalam komposisinya, secara umum pasir kuarsa memiliki persentase yang cukup tinggi yaitu berkisar 60%, kemudian perekat yang terdiri dari semen dan kapur sebanyak 30%, dan sisanya sebanyak 10% yaitu campuran gypsum dan aluminium pasta.

Semen yang digunakan merupakan semen tipe I. Semen tipe I merupakan yang biasanya digunakan untuk segala macam jenis konstruksi. Untuk proses produksi, dalam 1 hari dapat dihasilkan beton ringan sebanyak ± 300 – 400 m3. Pembuatan beton ringan ini sepenuhnya dikerjakaan dengan mesin. Mesin yang digunakan seperti mesin penggiling, mesin mixxing, mesin cutting, autoclaved chamber. Untuk proses awal semua bahan baku ditempatkan didalam tangki masing – masing untuk mempermudah proses pencampuran. Khusus untuk pasir kuarsa harus dimasukkan kedalam mesin penggiling terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam tangki, untuk menghaluskan butiran – butiran pasir. Kemudian melalui ruang control, diatur kadar campuran yang akan dibuat. Kadar campuran dapat berubah – ubah tergantung dari keadaan bahan baku yang ada. Kemudian campuran beton ringan tersebut dituangkan kedalam cetakan yang memiliki ukuran 4,20 x 1,20 x 0,60 m. Adonan tersebut diisikan sebanyak ½ bagian saja. Kemudian didiamkan sekitar ± 3 – 4 jam, sehingga adonan dapat mengembang.

Dalam proses pengembangan ini, terjadi reaksi kimia. Saat pencampuran pasir kuarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan dicampur alumunium pasta ini terjadi reaksi kimia. Bubuk alumunium bereaksi dengan kalsium hidroksida yang ada di dalam pasir kwarsa dan air sehingga membentuk hidrogen. Gas hidrogen ini membentuk gelembung-gelembung udara di dalam campuran beton tadi. Gelembung-gelembung udara ini menjadikan volumenya menjadi dua kali lebih besar dari volume semula. Di akhir proses pengembangan atau pembusaan, hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan langsung digantikan oleh udara. Rongga-rongga udara yang terbentuk ini yang membuat beton ini menjadi ringan.

Meskipun hidrogennya hilang, tekstur beton tetap padat tetapi lembut. Sehingga mudah dibentuk balok, atau palang sesuai kebutuhan. Setelah mengembang, adonan dipotong untuk memperoleh ukuran yang persisi, karena pada saat pengembangan ukurannya tidak dapat dikontrol sehingga dipotong setelah proses pengembangan selesai.
Setelah melalui proses pemotongan, beton ringan dimasukkan kedalam autoclave chamber selama ± 12 jam. Didalam autoclaved ini pasir kwarsa bereaksi dengan kalsium hidroksida menjadi kalsium hidrat silika. Dalam proses ini beton ringan diberi tekanan sebesar 11 bar atau sebesar 264 psi ( = 1,82 Mpa) dengan suhu setinggi 374 ⁰F. Sehingga terbentuk kalsium silikat dan beton ringan berubah warna menjadi putih. Pada saat didalam autoclaved ini, semua reaksi kimia dituntaskan dan dibersihkan pada suhu tinggi, sehingga nantinya pada saat digunakan tidak mengandung reaksi kimia yang berbahaya. Kenapa tidak dijemur saja? Karena kalau adonan ini dijemur di bawah terik matahari hasilnya kurang maksimal, karena tidak bisa stabil dan merata hasil kekeringannya.
Setelah keluar dari autoclave chamber, beton ringan aerasi ini sudah siap untuk dipasarkan dan digunakan sebagai konstruksi bangunan.
Aplikasi Beton Ringan
Dengan berbagai kelebihan dari beton ringan yang telah disebutkan di atas, saat ini beton ringan banyak diaplikasi dalam pelbagai proyek dalam bentuk :
1. Blok (bata)
Contohnya Bata Celcon, yang dapat digunakan pada dinding dan atap.
2. Panel
Contohnya Panel beton ringan yang digunakan sebagai pengganti tembok.
3. Bentuk Khusus
Contohnya bentuk-bentuk dekorasi, sebagai ornamen bangunan.
4. Ready Mix
Contohnya pada ready mix sebagai material pengisi.

Kesimpulan
• Beton ringan lebih mudah diperoleh karena jumlah produksi yang cukup banyak dalam sehari.
• Beton ringan lebih ramah lingkungan dan ekonomis, karena bahan – bahan yang digunakan merupakan bahan yang tidak bermanfaat untuk lingkungan dan jumlahnya sangat banyak.
• Proses pembuatan beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete secara kimiawi lebih sering digunakan.
• Secara totalitas pengunaan beton ringan lebih mudah dan efektif dibandingkan beton pada umumnya (dalam hal tertentu).
Saran
• Tidak menggunakan beton ringan sebagai perkuatan (struktural).
• Dalam pemasangan beton ringan, sebaiknya menggunakan tukang yang memiliki keahlian tambahan.
• Gunakan Autoclave Chamber dalam proses pengeringan.

Definisi Beton Ringan

Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan daripada beton pada umumnya. Beton ringan bisa disebut sebagai beton ringan aerasi (Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated Concrete/ AAC) yang mempunyai bahan baku utama terdiri dari pasir silika, kapur, semen, air, ditambah dengan suatu bahan pengembang yang kemudian dirawat dengan tekanan uap air. Tidak seperti beton biasa, berat beton ringan dapat diatur sesuai kebutuhan. Pada umumnya berat beton ringan berkisar antara 600 – 1600 kg/m3. Karena itu keunggulan beton ringan utamanya ada pada berat, sehingga apabila digunakan pada proyek bangunan tinggi (high rise building) akan dapat secara signifikan mengurangi berat sendiri bangunan, yang selanjutnya berdampak kepada perhitungan pondasi.

Kelebihan dan Kekurangan Beton Ringan
Ada beberapa Kelebihan dari Beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete (AAC), yaitu :
1. Balok AAC mudah dibentuk. Sehingga dapat dengan cepat dan akurat dipotong atau dibentuk untuk memenuhi tuntutan dekorasi gedung. Alat yang digunakan pun sederhana, cukup menggunakan alat pertukangan kayu.
2. Karena ukurannya yang akurat tetapi mudah dibentuk, sehingga dapat meminimalkan sisa-sisa bahan bangunan yang tak terpakai.
3. AAC dapat mempermudah proses konstruksi. Untuk membangun sebuah gedung dapat diminimalisir produk yang akan digunakan. Misalnya tidak perlu batu atau kerikil untuk mengisi lantai beton.
4. Bobotnya yang ringan mengurangi biaya transportasi. Apalagi pabrik AAC dibangun sedekat mungkin dengan konsumennya.
5. Karena ringan, tukang bangunan tidak cepat lelah. Sehingga cepat dalam pengerjaannya.
6. Semennya khusus cukup 3 mm saja.
7. Mengurangi biaya struktur besi sloff atau penguat.
8. Mengurangi biaya penguat atau pondasi
9. Waktu pembangunan lebih pendek. Tukang yang mengerjakan lebih sedikit. Sehingga secara keseluruhan bisa lebih murah dan efisien
10. Tahan panas dan api, karena berat jenisnya rendah.
11. Kedap suara
12. Tahan lama, kurang lebih sama tahan lamanya dengan beton konvensional
13. Kuat tetapi ringan, karena tidak sekuat beton. Perlu perlakuan khusus. dibebani AC menggunakan fisher FTP, Wastafel fisher plug FX6/8, panel dinding fisher sistem injeksi.
14. Anti jamur
15. Tahan gempa
16. Anti serangga
17. Biaya perawatan yang sedikit, bangunan tak terlalu banyak mengalami perubahan atau renovasi hingga 20 tahun.
18. Nyaman
19. Aman, karena tidak mengalami rapuh, bengkok, berkarat, korosi.
Selain kelebihan, Beton AAC juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu :
1. Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran yang tanggung, akan memakan waste yang cukup besar. Diperlukan keahlian tambahan untuk tukang yang akan memasangnya, karena dampaknya berakibat pada waste dan mutu pemasangan.
2. Perekat yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan produsennya, umumnya adalah semen instan.
3. nilai kuat tekannya (compressive strength) terbatas, sehingga sangat tidak dianjurkan penggunaan untuk perkuatan (struktural).
4. Harganya cenderung lebih mahal dari bata konvesional. Di pasaran, beton ringan dalam bentuk bata dijual dalam volume m3, sehingga dengan ukuran 60cmx20cmx10cm / m3 bata ringan terdiri dari 83 buah. Jika dikonversikan dalam m2 maka 1 m2 terdiri dari 8.5 buah. Harga per bata kurang lebih Rp. 8000,-, sehingga harga per m2 nya Rp.68.000,-. Belum termasuk semen instan dan ongkos pasangnya.

PLACING(PENGECORAN)

Abstract
Sistem operasi pengecoran beton (Placing) melibatkan tiga sumber daya yaitu: truck mixer, concrete pump, dan pekerja. Kinerja sistem operasi dari ketiga sumber daya pekerjaan pengecoran dipengaruhi oleh faktor output ideal concrete pump, ketinggian lantai dan slump. Keseimbangan produktivitas yang berbeda-beda dari truck mixer, concrete pump, dan pekerja akan menjadikan kinerja sistem operasi optimal baik dari jumlah sumber daya lama dan biaya pengecoran. Kontraktor perlu mengambilan keputusan dalam menentukan jumlah, lama dan biaya sewa dari concrete pump, jumlah dan interval dari truck mixer, serta jumlah pekerja. Skripsi ini dibuat berdasarkan penelitian yang meliputi studi literatur dan pengamatan di lapangan tentang pengecoran dengan menggunakan concrete pump, dan bertujuan untuk membuat program optimasi sistem operasi pengecoran beton dalam menjawab kebutuhan kontraktor tersebut di atas secara tepat. Program optimasi ini akan menampilkan output optimasi, grafik dan tabel dari ketiga sumber daya agar dapat lebih mudah dan lebih praktis digunakan oleh kontraktor.
Metode pelaksanaan pekerjaan pengecoran beton
Metode pelaksanaan untuk pekerjaan beton ini dilaksanakan dengan sistemserempak untuk semua unit dengan metode konvensional ( dicor ditempat lokasipekerjaan ). Karena pekerjaan beton pada pier dikerjakan secara bertahap, makauntuk memulai pekerjaan tahap berikut diberi pasta dahulu agar terjadi ikatanantara beton yang lama dengan beton yang baru.

Hal-hal yang dilaksanakan dalam pengecoran beton adalah sebagai berikut:

a. Pengecoran beton harus dapat mengisi semua ruangan cetakan dengan padat dan dapat membungkus tulangan.
b. Untuk menghasilkan beton yang padat dan tidak keropos, selama proses pengecoran berlangsung, adukan beton ditusuk-tusuk dengan sepotong kayu, bambu atau besi. Begitu juga bagian cetakan dipukul-pukul dengan palu dari kayu.
c. Untuk keperluan pemadatan, pada pengecoran beton dapat juga dipakai alat penggetar (vibrator). Pemakaian alat penggetar tersebut harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengenai baja tulangan yang dapat mengubah kedudukan tulangan.
d. Untuk pengecoran lantai yang luas, tebal lantai dapat ditentukan dengan membuat mistar pengukur ketebalan yang terbuat dari kayu dan diberi kaki. Bagian bawah mistar pengukur dibuat rata dan tingginya sama dengan tebal lantai yang dicor. Pada waktu pengecoran telah mencapai tebalnya, mistar pengukur dapat dipindah tempatnya.
e. Pengecoran harus dilaksanakan terus menerus sampai selesai. Bila hal tersebut tidak memungkinkan, pengecoran dapat dihentikan pada tempat-tempat tertentu yang tidak membahayakan.
Prosedur pelaksanaan pekerjaan
• Siapkan perijinan untuk memulai pekerjaan (request) yang disetujui oleh direksi pekerjaan.
• Cek bersama dengan direksi sebelum dilakukan pekerjaanpengecoran.
• Lakukan pengecoran dan setiap melakukan pengecoran makacampuran beton sudah harus dilakukan pengecekan terhadap kadar airnya dengan slump test dan buat silinder untuk pengujian mutubeton tersebut.
• Pastikan skor-skor dan perancah kuat menopang beton basahsehingga didapatkan hasil yang sesuai dengan gambar.
• Lakukan pemeliharaan beton dengan penyiraman terus menerusatau dengan pemberian karung goni sampai beton mencapai umur 28 hari.

Penyelesaian (finishing)

•Lantai beton dapat diselesaikan dgn banyak cara, tergantung tujuan penggunaanya.
•Bila misalnya masih akan dipasang ubin, praktis cukup diratakan saja (strike off atau screeding).
•Untuk permukaan beton ekspose perlu disapu, float atau trowel finish.
•STRIKE OFF atau SCREEDING
•Strike off atau Screeding adalah membuang beton yg berkelebihan untuk meratakan permukaan. Memakai tepian yg lurus (lurus atau lengkung, sesuai permukaan yg diharapkan), dengan gerakan seperti gergaji secara horizontal.
FLOATING
•Dengan Float tangan dari kayu, atau logam, atau mesin dengan bilah-bilah.
•Tujuannya untuk membenamkan agregat yg persis di bawah permukaan, menyingkirkan cacat humps (tonjolan kecil) dan rongga-rongga kecil (voids), memadatkan mortal pada permukaan sebagai persiapan operasi finishing dan menjaga permukan tetap terbuka sehingga, kelengasan yg berlebihan dapat keluar.
•Float membuat tekstur yg rata (tetapi tidak licin), yang mempunyai keahanan slip yg baik cocok untuk beton eksterior.
nb. gambarnya menyusul
TROWELLING
•Merupakan float dgn tekanan untuk mendapatkan permukaan yang padat, rata dan kedap air, terutama pada lantai yg tidak akan diberi penutup lagi (identik dengan pembuatan pavement yg biasanya secara awam dilakukan dgn memukul-mukul dengan sapu lidi).
•Pada lantai pabrik dimana akan terdapat beban berat dan gesekan, permukaan beton perlu diperkeras dgn memadatkan dgn alat trowel. Ini dilkukan setelah beton mulai set dan cukup keras untuk menerima tekanan alat sehingga air dan material halus tidak naik ke permukaan. Bila di tunda terlalu lama akan sulit dikerjakan. Kadang-kadang ditambah serbuk besi utk memperkeras permukaan.

Perawatan (curing)

Proses curing (perawatan) pada beton memainkan peran penting pada pengembangan kekuatan dan daya tahan beton , proses curing dilaksanakan segera setelah proses pencetakan selesai. Proses curing ini meliputi pemeliharaan kelembaban dan kondisi suhu, baik dalam beton maupun di permukaan beton dalam periode waktu tertentu . Proses curing pada beton bertujuan memberikan kelembaban yang cukup pada proses hidrasi lanjutan dan pengembangan kekuatan, stabilitas volume, ketahanan terhadap pembekuan dan pencairan serta abrasi .
Lamanya proses curing tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :
1. Jenis semen yang digunakan
2. Proporsi dari campuran
3. Ukuran dan bentuk daripada beton
4. Kondisi cuaca disekitarnya
5. Kondisi cuaca setelahnya
Beton di tanah (misalnya trotoar, tempat parkir, jalanan, lantai, pelapis saluran) dan beton struktur (misalnya deck jembatan, dermaga, kolom, balok, lempengan) membutuhkan waktu curing minimal tujuh hari dengan suhu sekitar 5 ° C diatas suhu sekitarnya.
Institut Beton Amerika (American Concrete Institute-ACI) merekomendasikan jangka waktu minimum curing, proses curing dilakukan minimum hingga mencapai kekuatan 70 % dari kekuatan yang direncanakan.
70 % kekuatan dapat dicapai dengan cepat apabila curing dilakukan pada temperatur yang tinggi dan atau dengan penggunaan bahan kimia tambahan yang digunakan untuk mempercepat perkembangan kuat tekan.
Komite Institut Beton Amerika merekomendasikan waktu minimum curing sbb :
1. ASTM C 150 semen tipe I, waktu minimum curing 7 hari
2. ASTM C 150 semen tipe II, waktu minimum curing 10 hari
3. ASTM C 150 semen tipe III, waktu minimum curing 3 hari
4. ASTM C 150 semen tipe IV atau V minimum curing 14 hari
5. ASTM C 595, C 845, C 1157 waktu curing bervariasi
Grafik pengaruh waktu curing terhadap perkembangan kuat tekan


Temperatur curing yang tinggi dapat membantu perkembangan kuatan tekan awal beton tetapi dapat menurunkan kekuatan pada umur 28 hari.
Grafik pengaruh temperatur curing terhadap perkembangan kuat tekan


•Jumlah air di dalam beton cair sebetulnya sudah lebih dari cukup (sekitar 12 liter per ak semen) untuk mnyelesaikan reaksi hidrasi.
•Namun sebagian air hilang karena menguap sehingga hidrasi selanjutnya terganggu.
•Karena hidrasi relatif cepat pd hari-hari pertama, perawatan yg ling penting adalah pada umur mudanya.
•Kehilangan air yg cepat juga menyebabkan beton menyusut, terjadi tegangan tarik pada beton yg sedang mengering sehingga dpt menimbulkan retak.
•Beton dirawat sebanyak 7 hri akan lebih kuat sekitar 50% daripada beton tidak dirawat.

TRANSPORTING (PENGANGKUTAN)

abstrak
Beton diangkut dengan berbgai cara, mulai dari kereta dorong penuang (dumpers), truk ready-mix, sampai pompa beton.
Sedikitnya ada 3 macam gerakan, yaitu dari pengadukan sampai ke lokasi, dari lokasi ke bagian yang dicor secara vertikal dan horizontal.

Pengangkutan (Transporting)
Pengangkutan beton dari lokasi pencampuran ke lokasi pengadukan harus sedemikian cepat, sehingga beton tidak kering sehingga mempengaruhi pada saat pelaksanaan pengecorannya ( workabilitas ). Pada saat pengangkutan juga perlu diperhatikan segregasi agar terhindar dari beton yang tak seragam. Pada pelakasanaan proyek Hotel Novotel Bandar Lampung pengangkutan dari lokasi pengaan selang tedukan menggunakan mixer truck, dan dipindahkan ke bucket untuk mencapai daerah yang sulit untuk dijangkau, pada bucket disambung dengang tremie untuk menghindari tinggi jatuh yang berlebihan ( > 1,5 m ) sehingga tidak terjadi segregasi. Adukan beton yang dibuat dengan tangan maupun dengan mesin harus diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai behidrasi ( bereaksi dengan air). Selama pengangkutan harus selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah/keluar atau yang memisahkan diri dari campuran. Cara pengangkutan adukan beton ini tergan tung jumlah adukan yang dibuat dan keadaan tempat penuangan. Pengangkutan adukan beton dapat dilakukan menempatkan di dalam ember, gerobakdorong, truk aduk beton, ban berjalan atau pompa. Umumnya pengadukan beton dilakukan di dekat lokasi penuangan, dan pengangkutan dengan ember atau gerobak cukup memuaskan
Bila tempat pengadukan beton cukup jauh dari tempat penuangannya, pengangkutan dilakukan dengan truk beton. Pengangkutan dengan pompa dilakukan bila antara tempat pengadukan beton dan tempat penuangan cukup ramai sehingga tidak dapat dilakukan dengan ember atau gerobak. Pengankutan dengan ban berjalan dipilih bika penagangkutan berlangsung secara terus menerus dan ditujukan ke tempat yang lebih tinggi. Menurut SNI - 03 - 2847 - 2002 pengangkutan adukan meliputi :
a. Beton harus diantarkan dari tempat pencampuran ke lokasi pengecoran dengan cara yang dapat mencegah terjadinya pemisahan ( segresi ) atau hilangnya bahan.
b. Peralatan pengantar harus mampu menghantarkan beton ke tempat pengecoran tanpa pemisahan bahan dan tanpa sela yang dapat mengakibatkan hilangnya plastisitas campuran.
Dari pelaksanaan pengangkutan pada proyek Hotel Novotel Bandar Lampung sudah memenuhi persyaratan yang disebutkan dalam SNI - 03 - 2847 - 2002.
Pengangkutan dikerjakan dengan menggunakan trukmixer dan selama dalam perjalanan, mixer diputar dengan RPM 400. Lama perjalanan dari pabrik ke lokasi pembangungan kurang lebih 20 menit sedangkan adukan beton harus dicor dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan air dimulai, jadi untuk lamanya pengangkutan memenuhi ketentuan dari PBI'71. Untuk menghindari panas yang tinggi dan penguapan maka pengangkutan dilaksanakan dilaksanakan pada malam hari.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengankutan beton dari tempat penyiapan adukan ke tempat pengecoran adalah sebagai berikut:
a. Harus dihindari adanya pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
b. Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.
c. Adukan beton umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai 2 jam bila adukan beton digerakkan kontinyu secara mekanis.
d. Apabila jangka waktu pengangkutan memakan waktu yang panjang, harus dipakai bahan penghambat pengikatan.
e. Pengangkutan harus diorganisir sedemikian sehingga pengecoran tidak terganggu / berhenti karena keterlambatan pengangkutan / pengiriman beton.

Cara - Cara Pengangkutan beton
Berbagai macam cara pengangkutan beton bisa dipakai diantaranya :
a. Grobak satu roda, kereta dorong,
b. Gerobak ( lorries ),
c. Pembawa beton yang digantung dengan rantai dan mempunyai bukaan di bagian bawahnya,
d. Ban berjalan,
e. Pompa adukan beton dan pencor secara pneumatic.

Alat - alat berat yang digunakan dalam pengangkutan beton, antara lain :
• Alat Pemroses Material : Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi suatu bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan bergradasi, semen, beton, dan aspal. Yang termasuk didalam alat ini adalah crusher. Alat yang dapat mencampur material-material di atas juga dikategorikan ke dalam alat pemroses material seperti concrete batch plant dan asphalt mixing plant.

ukuran besi beton, berat besi beton

Besi beton polos

8mm x 12 m = 4,74 kg

10mm x 12m = 7,4 kg

12mm x 12m = 10,66 kg

16mm x 12m = 18,96 kg

besi beton ulir

8mm x 12m = 4,74 kg

10mm x 12m = 7,4 kg

13mm x 12m = 12,48 kg

16mm x 12m = 18,96 kg

19mm x12m = 26,76 kg

22mm x 12m = 35,76 kg

25mm x 12m = 46,2 kg

29mm x 12m = 62,28 kg

32mm x 12m = 75,72 kg